Telah didiskusikan di DPR selama0 hariPengantar RUU / UURUU Pendidikan Tentang RUU / UU13 Jun 2022 - Masukan/Pandangan terhadap Pembahasan Racangan Undang-Undang RUU tentang Pendidikan Kedokteran Dikdok — Rapat Dengar Pendapat Umum RDPU Badan legislasi Baleg DPR RI dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PB IDIPada 13 Juni 2022, Badan Legislasi Baleg DPR-RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum RDPU dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia PB IDI mengenai Masukan/Pandangan terhadap Pembahasan Racangan Undang-Undang RUU tentang Pendidikan Kedokteran Dikdok. RDPU ini dibuka dan dipimpin oleh Nurdin dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan F-PDIP dapil Jawa Barat 10 pada pukul 10. Baca Selengkapnya14 Feb 2022 - Penjelasan DPR-RI dan Pandangan Pemerintah terhadap RUU tentang Pendidikan Kedokteran - Raker Baleg dengan Mendikbudristek dan Dirjen DiktiPada 14 Februari 2022, Badan Legislasi Baleg DPR-RI melaksanakan Rapat Kerja dengan Mendikbudristek dan Dirjen Dikti tentang penjelasan DPR-RI dan pandangan Pemerintah terhadap RUU tentang Pendidikan Kedokteran. Rapat dipimpin dan dibuka oleh Supratman dari Fraksi Gerindra dapil Sulawesi Tengah pada pukul WIB. Ilustrasi Baca Selengkapnya6 Feb 2020 - Pembahasan Revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran - Audiensi Baleg DPR-RI dengan Pengusul Revisi UU Pendidikan KedokteranPada 6 Februari 2020, Badan Legislasi Baleg DPR-RI menerima audiensi dari Pengusul revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan dibuka dan dipimpin oleh Rieke Diah dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Jawa Barat 7 pada pukul WIB. Audiensi bersifat terbuka untuk umum. Baca Selengkapnya16 Sep 2019 - Penyampaian Saran terhadap RUU Pendidikan Kedokteran – RDPU Komisi 10 dengan AIPKI PTNPada 16 September 2019, Komisi 10 mengadakan RDPU dengan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia AIPKI PTN tentang Penyampaian RUU Pendidikan Kedokteran yang diajukan oleh IDI untuk menggantikan UU Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Rapat dipimpin dan dibuka oleh Sutan Adil Hendra dari Fraksi Gerindra Dapil Jambi pada pukul 1128 WIB. Rapat dinyatakan terbuka untuk umum. Baca Selengkapnya2 Oct 2018 - Pelantikan PAW, Hasil IHPS, RUU Pekerja Sosial, RUU Pendidikan Kedokteran, RUU BUMN sebagai RUU Usul Inisiatif DPR, dan RUU Kerja Sama Pertahanan RI-Belanda dan RI-Arab Saudi — Rapat Paripurna DPR-RIPada 2 Oktober 2018, DPR-RI mengadakan Rapat Paripurna mengenai Pelantikan PAW, Hasil IHPS, RUU Pekerja Sosial, RUU Pendidikan Kedokteran, RUU BUMN sebagai RUU Usul Inisiatif DPR, dan RUU Kerja Sama Pertahanan RI-Belanda dan RI-Arab Saudi. Rapat ini dibuka dan dipimpin oleh Fahri Hamzah dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera PKS daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur pada pukul 1100 WIB dan dinyat Baca Selengkapnya26 Jun 2018 - Penyempurnaan Draf Rencana Undang-Undang Pendidikan Kedokteran – RDP Badan Legislasi dengan Tenaga AhliPada 26 Juni 2018, Baleg mengadakan rapat dengan tenaga ahli mengenai Penyempurnaan Draf Rancangan Undang-Undang RUU Pendidikan Kedokteran RUU Dikdok. Rapat dipimpin oleh Supratman Andi Agtas dari Fraksi Gerindra dapil Sulawesi Tengah pukul 1157 WIB. Supratman menyampaikan menurut laporan sekretariat rapat, presensi telah ditandatangani oleh 6 orang anggota dari 7 fraksi. Pemaparan Mitra Beriku Baca Selengkapnya2 Apr 2018 - Perubahan Atas Undang-Undang Pendidikan Kedoteran — Baleg DPR RI Audiensi dengan PB IDIPada 2 April 2018, Badan Legislasi Baleg DPR-RI mengadakan audiensi dengan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia IDI tentang Perubahan Atas Undang-Undang Pendidikan Kedoteran. Audiensi ini dibuka dan dipimpin oleh Supratman dari Fraksi Gerakan Indonesia Raya Gerindra dapil Sulawesi Tengah pada pukul 1035 WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum. Ilustrasi Baca Selengkapnya27 Sep 2016 - Masukan dan Pandangan terkait Revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran — Badan Legislasi Baleg DPR-RI Audiensi dengan Perhimpunan Dokter Umum IndonesiaPada 27 September 2016, Badan Legislasi Baleg DPR-RI mengadakan Audiensi dengan Perhimpunan Dokter Umum Indonesia PDUI mengenai Masukan dan Pandangan terkait Revisi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. Audiensi ini dibuka dan dipimpin oleh Supratman Andi Agtas dari Fraksi Partai Gerakan Indonesia Raya Gerindra dapil Sulawesi Tengah pada pukul WIB. ilustrasi Baca Selengkapnya28 Oct 2015 - Rancangan Undang Undang RUU Pendikan Kedokteran, Uji kompetensi, dan Seputar Pendidikan Kedokteran — Komisi 9 DPR-RI Rapat Dengar Pendapat Umum RDPU dengan PDUI dan PBIDIPada 28 Oktober 2015, Komisi 9 DPR-RI mengadakan Rapat Dengar Pendapat Umum RDPU dengan PDUI dan PBIDI mengenai Rancangan Undang Undang RUU Pendikan Kedokteran, Uji kompetensi, dan Seputar Pendidikan Kedokteran. RDPU ini dibuka dan dipimpin oleh Erma Lena dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan PPP daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat pada pukul WIB dan dinyatakan terbuka untuk umum. Baca SelengkapnyaRuuPendidikan Kedokteran Akan Beri Perhatian Pada Standarisasi Kompetensi 23 March 2022; Secara Etimologis Fabel Berasal Dari Bahasa Latin Yaitu 23 March 2022;
Source Pendidikan kedokteran merupakan salah satu bidang yang sedang menjadi perhatian di Indonesia. Hal ini terlihat dari lahirnya RUU Pendidikan Kedokteran yang sedang dalam tahap pembahasan oleh pemerintah. RUU ini akan memberikan perhatian pada standarisasi kompetensi yang ada di Indonesia untuk menjamin kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia. RUU ini memiliki beberapa subtopik yang membahas mengenai aspek-aspek penting dalam pendidikan kedokteran. Adapun beberapa subtopik yang dibahas dalam RUU tersebut antara lain 1. Standarisasi Kompetensi Standarisasi kompetensi merupakan hal yang penting dalam pendidikan kedokteran. Standarisasi kompetensi akan menjamin bahwa semua lulusan pendidikan kedokteran memiliki standar kompetensi dan skill yang sama dalam melaksanakan tugas sebagai dokter. Dalam RUU ini, standarisasi kompetensi menjadi salah satu fokus utama dalam pendidikan kedokteran di Indonesia. Standarisasi kompetensi ini memiliki beberapa komponen seperti penentuan kurikulum dasar, penentuan indikator kompetensi, serta penentuan metode pengukuran dan evaluasi pembelajaran. Kurikulum dasar ini akan menentukan materi dan pelajaran yang harus diambil oleh setiap mahasiswa kedokteran. Penentuan indikator kompetensi akan memastikan bahwa setiap mahasiswa memiliki kemampuan yang sama dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter. Sedangkan pengukuran dan evaluasi pembelajaran akan menentukan apakah mahasiswa sudah mencapai standar kompetensi yang diharapkan pada setiap tahapan tertentu. Hal ini sangat penting untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan dokter yang kompeten dan profesional. Dalam beberapa kasus, masih ditemukan dokter yang kurang kompeten dan tidak memenuhi standar pelayanan kesehatan. Kompetensi yang tidak memadai dapat berdampak negatif pada masyarakat, terutama dalam hal kesehatan dan keselamatan jiwa. Oleh karena itu, standarisasi kompetensi menjadi salah satu fokus RUU pendidikan kedokteran agar dapat memastikan bahwa setiap dokter yang dihasilkan memiliki kemampuan dan kualitas yang sama. Selain itu, menerapkan standarisasi kompetensi juga akan membantu menjamin kelangsungan dan keberlangsungan pendidikan kedokteran di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat banyak masalah yang dihadapi oleh pendidikan kedokteran di Indonesia. Masalah tersebut antara lain berkaitan dengan kurikulum, metode pembelajaran yang kurang mengikuti perkembangan teknologi, serta masalah tenaga pengajar yang kurang memadai. Dengan adanya standarisasi kompetensi, diharapkan dapat menyelesaikan semua masalah tersebut dan meningkatkan kualitas pendidikan kedokteran di Indonesia. Oleh karena itu, RUU pendidikan kedokteran ini menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak bagi dunia pendidikan kedokteran di Indonesia. Diharapkan dengan adanya RUU ini, pendidikan kedokteran di Indonesia dapat berjalan dengan lebih baik dan menghasilkan dokter-dokter yang berkualitas, profesional, dan dapat diandalkan. Standarisasi Kompetensi dalam RUU Pendidikan Kedokteran RUU Pendidikan Kedokteran mencakup beberapa hal penting, salah satunya adalah standarisasi kompetensi. Hal ini mengacu pada pembekalan dan penilaian mahasiswa kedokteran dalam menguasai sejumlah kompetensi yang telah ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Dalam RUU Pendidikan Kedokteran, standarisasi kompetensi dilakukan agar lulusan dari program pendidikan kedokteran memiliki kompetensi yang sama dan memenuhi persyaratan minimal sebagai seorang dokter. Standarisasi kompetensi juga bertujuan untuk memastikan kualitas lulusan dan menjamin keselamatan pasien. Standarisasi kompetensi dalam RUU Pendidikan Kedokteran meliputi beberapa aspek kompetensi keseluruhan dokter, yaitu 1. Kompetensi medis dasar Kompetensi medis dasar merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap dokter. Mahasiswa harus menguasai keterampilan dan pengetahuan dasar dalam ilmu medis, seperti anatomi, fisiologi, dan patologi. Mereka juga harus mampu melakukan pemeriksaan fisik dan diagnosis sederhana. 2. Kompetensi klinik Kompetensi klinik berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan, diagnosis, dan pengobatan pasien dengan baik. Mahasiswa harus menguasai pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam diagnosis dan pengobatan penyakit. Mereka juga harus memahami sistem pelayanan kesehatan dan etika profesi. 3. Kompetensi interpersonal dan komunikasi Kompetensi interpersonal dan komunikasi sangat penting dalam profesi dokter. Mahasiswa harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan pasien dan keluarga dengan baik serta memahami kebutuhan pasien. Mereka juga harus mampu bekerja sama dalam tim dan membangun hubungan profesional yang baik dengan rekan sejawat dan anggota tim medis lainnya. 4. Kompetensi profesional Kompetensi profesional menyangkut kemampuan dokter dalam mengelola praktek medis, termasuk di dalamnya manajemen dan administrasi. Mereka harus memahami aspek sains dalam praktik medis, seperti penilaian risiko, pengembangan kebijakan, dan manajemen sumber daya manusia. 5. Kompetensi kepemimpinan dan manajemen Kompetensi kepemimpinan dan manajemen meliputi kemampuan untuk memimpin dan mengelola sebuah organisasi atau tim. Mahasiswa harus mampu memimpin tim medis, mengembangkan strategi bisnis, dan memahami prinsip-prinsip manajemen. Mereka juga harus mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan. Dalam RUU Pendidikan Kedokteran, standarisasi kompetensi akan diatur oleh Kementerian Kesehatan dan dikoordinasikan oleh Komisi Nasional Akreditasi Pendidikan Kedokteran KNAPK. Mahasiswa akan dinilai berdasarkan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan oleh KNAPK melalui ujian nasional. Di samping itu, standarisasi kompetensi dalam RUU Pendidikan Kedokteran juga berlaku untuk dokter yang sedang memperoleh sertifikasi atau mengikuti program pasca-sertifikasi. Hal ini bertujuan agar dokter bisa terus meningkatkan kualitas dan kompetensinya sesuai dengan perkembangan ilmu medis yang semakin kompleks. Standarisasi kompetensi juga akan menjadi sebuah rujukan bagi perguruan tinggi. Dengan adanya standarisasi kompetensi, perguruan tinggi akan lebih mudah dalam menyusun kurikulum dan mengevaluasi program pendidikan kedokteran yang mereka sediakan. Perguruan tinggi juga dapat memastikan bahwa lulusan mereka memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan minimal sebagai seorang dokter. Hal ini juga memungkinkan lulusan dari program pendidikan kedokteran yang berbeda-beda dapat memiliki kompetensi yang sama, sehingga mereka dapat bersaing secara adil dalam mencari pekerjaan dan melaksanakan praktik medis yang baik dan aman. Dengan demikian, standarisasi kompetensi merupakan salah satu hal penting dalam RUU Pendidikan Kedokteran yang harus diperhatikan dengan serius. Implementasi Standar Kompetensi dalam Pendidikan Kedokteran Standar kompetensi dalam pendidikan kedokteran di Indonesia mengacu pada standar yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Standar ini mengatur tentang kompetensi dasar, pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang diperlukan oleh setiap dokter yang dihasilkan di Indonesia. Dalam konteks ini, departemen pendidikan kedokteran di setiap universitas dan lembaga pendidikan kedokteran lainnya harus memastikan bahwa kurikulum pendidikan mereka sesuai dengan standar kompetensi yang diwajibkan oleh pemerintah. Implementasi standar kompetensi dalam pendidikan kedokteran dimulai dengan penetapan kurikulum yang sesuai dengan standar kompetensi yang diatur oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kurikulum tersebut harus mencakup materi pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter di Indonesia, seperti etika kedokteran, ilmu kedokteran dasar, anatomi, patologi, farmakologi, pelayanan kesehatan masyarakat, serta praktek klinik. Selain itu, lembaga pendidikan kedokteran harus memastikan bahwa pendidikan mereka memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktikkan dan mengembangkan keterampilan klinik dan non-klinik mereka. Hal ini dapat dicapai melalui praktek klinik di rumah sakit atau puskesmas, magang di fasilitas kesehatan, dan kegiatan partisipatif lainnya yang sesuai dengan praktik dokter umum. Selain penyampaian materi pembelajaran yang tepat dan pengembangan keterampilan, pelaksanaan ujian dan evaluasi juga menjadi bagian penting dari implementasi standar kompetensi. Sebagai contoh, ujian dan evaluasi harus mencakup penilaian terhadap pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang telah dipelajari oleh mahasiswa. Hal ini menjadi penting karena dengan menggunakan evaluasi ini, lembaga pendidikan kedokteran dapat menilai apakah mahasiswa mereka telah mencapai standar kompetensi yang ditetapkan oleh pemerintah. Implementasi standar kompetensi dalam pendidikan kedokteran tidak hanya menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan kedokteran semata. Pemerintah, asosiasi profesional, dan masyarakat juga memainkan peran penting dalam memastikan bahwa lulusan dari pendidikan kedokteran di Indonesia memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan. Pemerintah harus memantau kepatuhan lembaga pendidikan kedokteran terhadap standar kompetensi yang diwajibkan, sedangkan asosiasi profesional harus mempertahankan standar kompetensi yang ditetapkan dan membantu mengembangkan program pengembangan profesional untuk dokter yang telah lulus. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki peran yang penting dalam implementasi standar kompetensi dalam pendidikan kedokteran. Sebagai konsumen layanan kesehatan, masyarakat harus menuntut layanan kesehatan yang berkualitas dari dokter yang berstandar kompetensi tinggi. Selain itu, masyarakat juga dapat berpartisipasi dalam program pengembangan profesional dokter yang telah lulus, seperti program pelatihan atau program magang, guna membantu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dokter di masa depan. Secara keseluruhan, implementasi standar kompetensi dalam pendidikan kedokteran menjadi penting dalam memastikan bahwa lulusan dari pendidikan kedokteran di Indonesia memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan standar yang diwajibkan oleh pemerintah. Seluruh pemangku kepentingan, termasuk lembaga pendidikan kedokteran, pemerintah, asosiasi profesional, dan masyarakat, harus bekerja sama dalam memastikan bahwa implementasi standar kompetensi berjalan dengan baik dan efektif. Dengan demikian, diharapkan bahwa lulusan dari pendidikan kedokteran di Indonesia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada dunia kesehatan dan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Manfaat RUU Pendidikan Kedokteran dengan Standar Kompetensi yang Jelas Rancangan Undang-Undang RUU Pendidikan Kedokteran dengan standar kompetensi yang jelas adalah sebuah langkah besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan. Adanya standar kompetensi yang jelas dapat membantu memperbaiki sistem pendidikan kedokteran yang sebelumnya dianggap kurang memadai. Ada beberapa manfaat RUU Pendidikan Kedokteran dengan standar kompetensi yang jelas bagi Indonesia 1. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Kedokteran Dengan adanya standar kompetensi yang jelas, universitas yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran akan dapat memfokuskan pengajaran ke arah pemenuhan standar tersebut. Proses pembelajaran di kampus akan lebih terarah dan mudah bagi mahasiswa untuk memahami apa yang mereka pelajari. Selain itu, sistem evaluasi juga akan lebih transparan dan diterapkan secara objektif. Ini akan membantu meningkatkan kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh universitas. 2. Menyamakan Standar Pelayanan Kesehatan Standar kompetensi yang jelas di bidang kedokteran akan membantu menyamakan standar pelayanan kesehatan di seluruh Indonesia. Dalam arti, semua dokter memiliki kemampuan yang setara dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Hal ini akan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau di seluruh negeri, terlepas dari lokasi mereka berada. 3. Meminimalisir Kesalahan Medis Standar kompetensi yang jelas dapat membantu meminimalisir kesalahan medis. Dalam dunia kedokteran, kesalahan medis dapat berimplikasi serius pada pasien dan keluarganya. Hal ini juga membahayakan kredibilitas dokter dan sistem kesehatan secara keseluruhan. Dengan adanya standar yang jelas, dokter akan memahami tanggung jawab mereka dan mematuhi standar yang disarankan dalam pelayanan kesehatan. 4. Meningkatkan Daya Saing Lulusan Lulusan pendidikan kedokteran dengan standar kompetensi yang jelas akan memiliki daya saing yang lebih baik di pasar kerja. Mereka akan lebih terlatih dalam bidang yang mereka tekuni, memenuhi persyaratan sertifikasi, dan sejalan dengan proses pendaftaran untuk praktik medis. Lulusan juga akan menjadi lebih percaya diri dalam bersaing dengan rekan-rekan mereka yang memiliki latar belakang pendidikan dari universitas lain. Ini akan membantu menciptakan sistem kedokteran yang lebih berkualitas dan berkelanjutan. RUU Pendidikan Kedokteran dengan Standar Kompetensi yang Jelas akan memberikan manfaat penting bagi Indonesia dalam waktu dekat dan panjang. Ini merupakan senjata penting dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Untuk mencapai hal ini, pemangku kepentingan pendidikan dan kesehatan harus bekerja sama dengan baik untuk menerapkan standar yang diharapkan dalam pendidikan kedokteran dan praktik medis di seluruh negeri. Tantangan Implementasi Standarisasi Kompetensi dalam Pendidikan Kedokteran di Indonesia Sistem pendidikan kedokteran di Indonesia mulai menuju arah baru dengan penekanan pada standarisasi kompetensi. Namun, seperti halnya dalam implementasi kebijakan apapun, dimana ada persoalan, maka ada tantangan. Ini membuka ruang bagi banyak pertanyaan tentang tantangan yang masih berlaku dalam proses penerapan standar kompetensi dalam pendidikan kedokteran di Indonesia. Keterbatasan Fasilitas Tantangan utama yang dihadapi oleh pelaku pendidikan kedokteran di Indonesia adalah kurangnya fasilitas. Hal ini meliputi sarana dan prasarana yang kurang memadai, tidak up-to-date, dan kurangnya ketersediaan peralatan pendukung pengajaran yang dibutuhkan, seperti buku-buku referensi, jurnal ilmiah, dan fasilitas komputer. Kurangnya fasilitas tersebut merusak kualitas pendidikan dan mengganggu proses standarisasi kompetensi dalam pendidikan kedokteran. Tenaga Pengajar Tenaga pengajar adalah kunci utama dalam menciptakan kualitas pendidikan yang baik. Namun, di Indonesia, masih terdapat beberapa tantangan yang mempengaruhi kesinambungan ketersediaan tenaga pengajar berkualitas. Beberapa di antaranya termasuk kebutuhan dari para ahli untuk menghasilkan kurikulum yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan standar kompetensi, serta kurangnya sistem penghargaan dan insentif bagi para tenaga pengajar. Semua dapat menghambat dijalankannya standar-standar bagi implementasi kompetensi utama yang diperlukan dalam pendidikan kedokteran. Standar Kompetensi Beragam Standar-standar kompetensi profesional di Indonesia masih memiliki berbagai macam perbedaan yang signifikan antara satu institusi dengan institusi lainnya. Beberapa temuan menunjukkan bahwa perbedaan ini menghasilkan kurikulum yang tidak konsisten antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Selain itu, varian standar kompetensi juga dapat mempengaruhi kualitas lulusan yang dihasilkan dan menimbulkan kesenjangan dalam keterlibatan dokter dalam berbagai bidang pekerjaan. Bahkan, bisa beresiko untuk menurunkan kualitas dan mengurangi kemampuan para profesional dalam meningkatkan kesehatan generasi muda di Indonesia. Kurangnya Keterlibatan Industri Keterlibatan industri dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran di Indonesia sangat penting, terutama ketika melibatkan pendanaan. Namun, meskipun beberapa lembaga pendidikan kedokteran telah berhasil melakukan kerjasama dengan berbagai industri, jumlahnya masih terbatas. Hal ini membuat kurangnya ketersediaan dan keterlambatan dalam diperolehnya pendanaan menciptakan masalah finansial dalam mengelola lembaga pendidikan kedokteran. Ini berlanjut pada peningkatan kualitas lulusan yang dihasilkan dan memengaruhi semua proses dalam penerapan standarisasi kompetensi pada pendidikan kedokteran. Keterbatasan Perspektif Global Seluruh dunia berevolusi dan menciptakan tantangan baru dalam memperkuat sistem kesehatan dan kedokteran. Dalam hal ini, perspektif global sangatlah penting ketika membentuk proses pendidikan, bermain sesuai dengan standar internasional, dan membuka akses ke banyak sumber daya yang berasal dari luar negeri. Namun, di Indonesia masih terdapat beberapa masalah untuk membuka kesempatan tersebut, seperti masalah visa dan dokumentasi, serta bahasa Inggris yang kurang fasih di kalangan pendidik dan pelajar. Beberapa tantangan tersebut menyulitkan Indonesia untuk bergabung dengan komunitas internasional, mengakses sumber daya yang tersedia, dan juga mengekspos siswa kedokteran Indonesia ke data dan pengetahuan terbaru untuk menunjang proses standarisasi kompetensi. Tantangan apa pun yang dihadapi oleh pendidikan kedokteran di Indonesia bisa jadi kompleks dan membutuhkan solusi yang tidak mudah ditemukan. Setiap orang terlibat dalam pendidikan kedokteran harus menyadari tantangan dan memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil membantu mendorong pendidikan kedokteran menuju arah yang lebih baik.INDOPOLITIKACOM - Rapat Paripurna DPR RI menetapkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perubahan atas Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran menjadi RUU Inisiatif DPR RI. RUU tersebut ditetapkan menjadi RUU Inisiatif DPR RI setelah mendapatkan persetujuan sembilan Fraksi yang ada di DPR, dan tercantum dalam penyampaian pandangan fraksi-fraksi yang disampaikan secara
Kebijakan pendidikan kedokteran saat ini membuat banyak dokter kesulitan mengembangkan dunia sosial hingga politiknya di luar profesi. Untuk itu, adanya kehendak untuk mengevaluasi biaya pendidikan kedokteran yang begitu mahal. Setelah disetujui menjadi usul inisiatif DPR pada September 2021 lalu, Rancangan Undang-Undang RUU Pendidikan Kedokteran belum terlihat kemajuan signifikan. Sebab, pemerintah hingga kini belum juga menyodorkan Daftar Inventarisasi Masalah DIM. Padahal, Badan Legislasi Baleg DPR sebagai alat kelengkapan dewan dalam posisi menunggu untuk segera membahas RUU tidak habis pikir jika pihak Kemendikbudristek dalam rapat kerja terakhir Dirjen Riset Dikti Prof Nizam menyatakan pembahasan revisi UU Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran belum perlu dilanjutkan. Kalau memang tidak perlu mengapa ada Surat Presiden Surpres yang diterbitkan?” ujar Wakil Ketua Baleg Willy Aditya di Jakarta, Selasa 22/2/2022.Seperti diketahui, Revisi UU Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional Prolegnas Prioritas menilai pandangan pemerintah itu menjadikan agenda pembahasan RUU Pendidikan Kedokteran simpang siur. Padahal, pemerintah telah menerbitkan Surpres yang berarti yang menandakan sudah saatnya UU 20/2013 direvisi. Menurutnya, keberadaan RUU Pendidikan Kedokteran diperlukan untuk menyelesaikan semua persoalan pendidikan kedokteran yang menjadi hambatan bagi calon dokter dan menyesuaikan dengan perkembangan saat ini.  Misalnya, di era digital, dokter bakal menjadi fasilitator. Selain itu, persoalan distribusi masih jadi permasalahan yang belum tuntas karena keberadaan dokter masih terbatas dan menumpuk di pulau Jawa dan menumpuk di mekanisme Uji Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter UKMPPD yang membuat calon dokter sulit masuk. Adanya kehendak untuk mengevaluasi biaya pendidikan kedokteran yang begitu seolah harus dibayar dengan biaya yang begitu besar. Bagaimana dunia kedokteran kita akan menjadi humanis jika demikian?”
WFTwoV.